Langsung ke konten utama

[IX] - 1A. Allah adalah Sumber Keselamatan yang Sejati



Setiap manusia selalu menginginkan keselamatan dalam hidupnya dan tidak seorang pun menginginkan hidupnya celaka. Berbagai usaha manusia dilakukan untuk mempertahankan hidupnya.
 
Bagi orang beriman kerinduan untuk memperoleh keselamatan itu berdasar pada iman akan Allah sebagai sumber keselamatan yang utama dan terutama.
 
Sejak semula Allah menghendaki agar hidup manusia selamat:
- Keselamatan itu ditujukan kepada semua manusia tanpa melihat latar, belakang, suku atau kelompok tertentu karena dihadapan Allah semua manusia adalah sama.
- Semua manusia berharga di mata Allah.
 
Sejak semula Allah berkehendak menyelamatkan manusia bahkan semua ciptaan-Nya melalui berbagai cara dan berbagai kesempatan.
 
Kesadaran akan Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia dan segala ciptaan-Nya seharusnya semakin mendorong manusia untuk semakin dekat dengan kehendak Allah.
 
Dalam kenyataan hidup sehari-hari yang kita jumpai, banyak orang pada zaman sekarang ini hidupnya semakin menjauh dari kehendak Allah bahkan beranggapan hidup dapat dijalani tanpa Allah.


Banyak orang tidak lagi mengandalkan Allah sebagai satu-satunya sumber keselamatan. 



Beberapa pandangan tentang sumber keselamatan misalnya sebagai berikut:
Keselamatan bersumber pada barang duniawi
- Keselamatan hidup diukur dari kemampuan seseorang mengumpulkan harta benda atau barang-barang duniawi.
- Harta benda duniawi menjadi jaminan keselamatan hidup.
- Orang yang memiliki anggapan seperti ini akan berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala macam cara bahkan dengan cara menentang kehendak Allah.
- Mereka merasa tidak membutuhkan Allah lagi karena segala sesuatu di dunia ini dapat diatasi dengan harta yang dimilikinya

Keselamatan bersumber pada kekuatan gaib
- Dalam dunia modern ini kita masih menjumpai masyarakat yang menggantungkan keselamatan pada kekuatan gaib.
- Coba kita amati beberapa media cetak, pasti kita akan menemukan iklan yang menawarkan keselamatan hidup dengan menggunakan media benda-benda atau kalimat-kalimat tertentu yang dianggap mampu menjamin keselamatan hidup karena memiliki kekuatan gaib.
- Benda-benda atau mantra-mantra yang menyimpan kekuatan gaib ini dihormati dan dipuja dengan cara disimpan di tempat khusus, bahkan dengan upacara-upacara tertentu dengan korban sajian agar kekuatannya tidak hilang.
- Kekuatan gaib ini dianggap mampu menjauhkan malapetaka, memberikan rasa aman, dan memberikan jaminan keselamatan hidup.
Kekuatan gaib dipuja sebagai sumber keselamatan sehingga kehendak Allah dilupakan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan
- Ada sebagian orang beranggapan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan. Mereka menggantungkan hidupnya pada kemajuan ilmu kedokteran dan alat-alat kesehatan
- Penemuan-penemuan baru dalam bidang kedokteran dan kesehatan semakin memberikan rasa aman terhadap hidupnya
Dengan kemajuan itu mereka merasa dapat memperpanjang usia hidupnya, mereka mulai lupa bahwa hidup dan mati adalah milik Allah.
- Tak ada seorang pun yang dapat melawan kehendak Allah. Mereka lupa bahwa Allah-lah yang memiliki kuasa atas hidup dan mati seseorang. Tak ada seorang pun yang mampu menghalangi Allah untuk memanggil kembali ciptaan-Nya ke dalam pangkuan-Nya.


Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Tidak ada kekuatan lain yang menyelamatkan selain kekuatan Allah sendiri.

Beberapa kutipan teks Kitab Suci atau dokumen Gereja yang mengajarkan bahwa Allah merupakan satu-satunya sumber keselamatan sejati bagi hidup kita sekarang maupun yang akan datang.
“Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain dari pada-Ku” (Yes 43:11).
“…tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku” (Yes 45:21).
“Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku” (Hos 13:4). 
“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya” (1Tim 4:10). 
“Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.” (Yud 1:25)
“Allah yang sama adalah penyelamat dan Pencipta, Tuhan sejarah manusia dan sejarah keselamatan” (Gaudium et Spes 41)

Dari beberapa kutipan teks di atas dapat kita simpulkan bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati.

Kita harus percaya bahwa Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan akhir. 

Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang:

Kita bisa bernapas dan hidup sampai sekarang itulah bukti karya keselamatan Allah yang dapat kita nikmati. Namun seringkali manusia tidak menyadari karya keselamatan Allah dalam dirinya. 

Ada begitu banyak tanda kasih Allah yang dapat kita rasakan dalam hidup kita:
- Allah telah memberikan napas kehidupan dan juga menciptakan alam semesta yang indah dan kaya untuk menunjang kelangsungan hidup kita. 
- Allah memberikan orang tua kepada kita, saudara, guru dan sesama yang peduli pada perkembangan hidup kita. 

Semua itu menjadi tanda karya keselamatan Allah yang harus kita syukuri yaitu dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah. 

Bagi kita orang Katolik, terlibat secara langsung dan berperan aktif dalam perayaan-perayaan sakramen menjadi sarana bagi kita menghayati kehadiran Allah yang menyelamatkan. 

Mengikuti perayaan-perayaan sakramen harus disadari bukan karena menunaikan kewajiban semata, tetapi kita menimba kembali sumber hidup. Maka kita harus selalu mengikuti perayaan-perayaan sakramen dengan penuh iman. Selain dengan mengikuti perayaan-perayaan sakramen kita juga dapat menghayati kehadiran Allah melalui doa dan melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci. 

Karena Allah telah mengasihi kita dan berkehendak menyelamatkan kita maka kita juga harus mampu menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan bagi sesama melalui berbagai macam karya belas kasih. 

Salah satu contohnya adalah seperti yang dilakukan oleh santa Teresa dari Calcuta. Dalam melaksanakan tugas pelayanannya bagi orang-orang yang sakit, cacat dan mereka yang tersingkir di Calcuta India, santa Teresa melayani dengan penuh kasih tanpa memandang perbedaan. Baginya semua manusia adalah anak-anak Allah yang harus dikasihi secara total dengan penuh pengorbanan. 

Kita juga dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, atau menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.