Langsung ke konten utama

[IX] - 1C. Beriman sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah

1. Pengertian “iman”
Ø Iman adalah sikap penyerahan diri manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah (Mgr. Ignatius Suharyo).
Ø Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah.
Ø Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakana adalah tepat dan benar.


2. Iman tidak dapat dipisahkan dari wahyu ilahi:
Ø Wahyu: Allah sendiri yang menyapa manusia.
Ø Iman: tanggapan atas sapaan Allah.


3. Makna beriman:
1) tidak hanya sekedar tahu atau sekedar percaya, tetapi berani melakukan apa yang diketahui dan dipercayai.
2) menyerahkan diri secara total kepada Allah.
3) keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan dan melakukan yang terbaik bagi manusia (yang dikehendaki oleh Allah semata-mata kebahagiaan dan keselamatan manusia).
4) manusia memberikan jawaban atas panggilan Allah berupa tindakan yang nyata.


4. Iman memiliki dimensi personal dan sosial
Ø personal: iman menyangkut hubungan pribadi kita dengan Allah.
Ø sosial: hidup beriman tidak dapat terlepas dari kehidupan jemaat dan masyarakat.


5. Iman terdiri atas dua unsur, yaitu unsur pribadi dan objektif
Ø pribadi (subjektif): percaya kepada Allah akan segala kasih dan kebijaksanaanNya sehingga kita mau menyerahkan diri kita tanpa syarat kepada-Nya.
Ø objektif: kita percaya akan isi wahyu yang diberikan Tuhan dan memegangnya sebagai suatu yang ilahi.


6. Orang dapat disebut betul-betul beriman bila ia sungguh-sungguh menghayati dan mewujudkan imannya dalam hidup sehari-hari.


7. Menurut santo Yakobus, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:14-28).
Ø Menurut santo Yakobus, beriman tidak cukup hanya menjadi pendengar saja. Maksud dari ungkapan santo Yakobus tersebut adalah iman harus diwujudkan dalam kehidupan konkret untuk mengasihi sesama.
Ø Orang beriman yang benar haruslah menjadi “pelaku firman” yang mengarahkannya pada perbuatan-perbuatan kasih, sehingga oleh perbuatan-perbuatan itu maka “iman menjadi sempurna”